Oleh :
Habibi, Heri, Ainul
Mengapa pertandingan sepakbola berakhir
dengan anarkis? bahkan antar pendukung saling baku hantam dan melontarkan
ujaran kebencian. Aksi pendukung Indonesia pada pertandingan timnas vs malaysia
dalam laga perdana grup Grup G Kualifikasi
Piala Dunia 2022 Zona Asia, Kamis (9/5/2019) terbukti ricuh akibat saling
lempar bom asap oleh pendukung Indonesia.
“Bangunlah suatu dunia dimana
semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan.” Ir.Soekarno
Dalam dunia sepak bola tidak sedikit
masyarakat menetapkan dukungan pada salah satu tim dengan begitu fanatik.
Akibat dari sifat kefanatikan yang berlebihan itu memunculkan permasalahan baru
seperti pendukung dari pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahan secara
dewasa tidak jarang menghadirkan berbagai masalah diluar dari kasus pelanggaran
yang terjadi didalam lapangan sepak bola itu sendiri. Misalnya kasus kekerasan
antara sesama pendukung yang berbeda kelompok yang bentrok usai pertandingan
yang bahkan tidak sedikit menimbulkan korban. Contoh kasus yang bisa dilihat
yakni kekalahan Timnas Vs Malaysia.
Indonesia
memiliki kenangan buruk dengan Malaysia. Mimpi Indonesia merebut Piala AFF enam
tahun lalu. Menurut hasil pemberitaan oleh Kompas. Com, Kekalahan Indonesia
dari Malaysia merupakan kekalahan ketiga dalam delapan pertemuan terakhir.
Sebelumnya, pada laga persahabatan 6 Juni 2008, kedua tim bermain imbang 1-1.
Lalu, pada 1 Desember 2010, dalam ajang babak penyisihan grup Piala AFF 2010,
Indonesia menang dengan skor 5-1. Pada ajang yang sama, dalam laga final leg
pertama, Malaysia menang dengan skor 3-0. Lalu, pada leg kedua, Indonesia
menang 2-1. Setelah itu, pada Desember 2012 kedua tim kembali bertemu pada
ajang Piala AFF 2012. Indonesia kalah dengan skor 0-2. Kemudian, pada dua kali
laga persahabatan, Indonesia menang dengan skor 2-0 pada Juni 2014 dan menang
3-0 pada September 2016.
Adapun kasus
yang baru saja terjadi yakni kekalahan timnas vs malaysia dalam laga perdana
grup Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022
Zona Asia, Kamis(9/5/2019). Dimana, Skuat Garuda kalah dengan skor 2-3 dari
Harimau Malaya. Pada menit ke 72 pertandingan ini sempat dihentikan sejenak
karena kericuhan yang terjadi di tribun.
Sebelum
pendukung timnas menyerang pendukung Malaysia ini terjadi pelemparan bom asap,
botol, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab sehingga membuat pendukung Malaysia merasa tidak nyaman dan meninggalkan
tribun karena suasana yang tidak kondusif. Definisi dari radikal berasal dari
kata radix yang berarti mengakar. Jadi dapat dikatakan orang-orang atau pendukung yang terlalu
fanatik sama tim sepak bolanya dapat dikatakan sebagai kelompok radikal. Karena
sesuatu yang sifatnya radikal pada akhirnya selalu berujung tindakan kriminal
atau perang.
Dari kasus diatas, memiliki kemungkinan untuk
mengundang opini masyarakat Malaysia bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak
lagi memiliki nilai-nilai norma akibat
dari sikap anarki dan juga telah melupakan identitasnya sebagai masyarakat yang
ramah tamah menjadi masyarakat yang pemarah. Terlebih beberapa sikap tersebut
ditujukan kepada negara tetangga atau serumpun yang juga memiliki penduduk
muslim terbanyak.
Konsep
moderasi beragama
Dalam permasalahan tersebut sudah
seharusnya kita kembali kedalam sebuah kebenaran bagaimana cara berinteraksi
yang baik dan bertingkah laku dengan baik
antara sesama manusia, khususnya sesama saudara. Islam sebagai agama
yang sangat menjunjung tinggi nilai perdamaian telah mengatur dan menjawab
beberapa permasalahan yang terjadi khususnya hubungan antara sesama manusia itu
sendiri. Kita harus kembali kedalam esensi kebenaran itu sendiri. Misalnya
mengimplementasikan nilai-nilai moderasi islam dalam kehidupan sehari-hari
termasuk keruang lingkup ranah olahraga
tadi.
Dengan menghargai orang lain, kita tidak kehilangan
apa-apa. Dengan merendahkan orang lain kita justru kita akan kehilangan harga
diri. –Gus Mus-
Moderasi beragama ada untuk kebersamaan ummat, sebuah sikap yang harus diterapkan yakni esensi ajaran islam itu sendiri. Dari segi karakteristiknya, Islam sebagai yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah ajaran Islam yang komprehensif (al-syumuliah), kritis, moderat, humanis, dinamis, toleran, kosmopolit, responsif, progressif dan rasional.
Dari segi prinsipnya, Islam sebagai yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah Islam yang sesuai dengan fitrah manusia (muthabiqah
li fithrah al-naas), keseimbangan (altawazun), sesuai dengan keadaan
zaman dan tempat (shalihun li kulli zaman wa makan), tidak menyusahkan manusia
(la tu’assir lin naas), sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (muthabaqah li tanmiyah al-ilm wa teknologiya), berbasis pada
penelitian (muwafiq ala al-hashil al-tabayyun), berorientasi pada masa
depan dengan tidak melupakan masa lalu (muwajjih ala al-waqt al-atiyah),
kesederajatan (al-musawah), keadilan (al’adl), musyawarah (al-syuura),
persaudaraan (al-ukhuwah), dan keterbukaan (al-iftatihat).
Menjaga Persaudaraan sesama Muslim
Allah ta’ala telah berfirman
dalam surat Al Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin bersaudara, karena itu lakukanlah ishlah di
antara kedua saudaramu.” (QS Al-Hujurat: 10).
Kata ishlah atau shalah yang banyak sekali berulang dalam
Al-Qur’an, pada umumnya tidak dikaitkan dengan sikap kejiwaan, melainkan justru
digunakan dalam kaitannya dengan perbuatan nyata. Kata ishlah hendaknya
tidak hanya dipahami dalam arti mendamaikan antara dua orang (atau lebih) yang
berselisih, melainkan harus dipahami
sesuai makna
semantiknya dengan memperhatikan penggunaan Al-Qur’an terhadapnya.
Puluhan ayat berbicara tentang kewajiban melakukan shalah dan ishlah.
Dalam kamus-kamus bahasa Arab, kata shalah diartikan sebagai antonim dari kata fasad
(kerusakan), yang juga dapat diartikan sebagai yang bermanfaat. Sedangkan kata ishlah
digunakan oleh Al-Qur’an dalam dua bentuk: Pertama ishlah yang selalu
membutuhkan objek; dan kedua adalah shalah yang digunakan sebagai bentuk
kata sifat.
Sehingga, shalah dapat diartikan terhimpunnya sejumlah nilai
tertentu pada sesuatu agar bermanfaat dan berfungsi dengan baik sesuai dengan
tujuan kehadirannya. Apabila pada sesuatu ada satu nilai yang tidak
menyertainya hingga tujuan yang dimaksudkan tidak tercapai, maka manusia
dituntut untuk menghadirkan nilai tersebut, dan hal yang dilakukannya itu
dinamai ishlah. Jika kita menunjuk hadis, salah satu hadis yang populer
di dalam bidang ukhuwah adalah sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Umar:
“Seorang Muslim
bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia tidak menganiaya, tidak pula
menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya,
Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan dan seorang
Muslim suatu kesulitan, Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan pula dan
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutup
aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kemudian.”
Dari riwayat At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, larangan di atas dilengkapi
dengan, Dia tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, dan tidak pula
meninggalkannya tanpa pertolongan. Demikian terlihat, betapa ukhuwah Islamiyah
mengantarkan manusia mencapai hasil-hasil konkret dalam kehidupannya. Untuk
memantapkan ukhuwah Islamiyah, yang dibutuhkan bukan sekadar penjelasan
segi-segi persamaan pandangan agama, atau sekadar toleransi mengenai perbedaan
pandangan, melainkan yang lebih penting lagi adalah langkah-langkah bersama
yang dilaksanakan oleh umat, sehingga seluruh umat merasakan nikmatnya.
Dengan ini, setiap pihak baik pemerintah, institusi, ataupun pemerhati
sepakbola harus memaksimalkan peran dan fungsi dari setiap pihak. Misalnya
dengan menciptakan sensitivitas moderasi beragama sebagai jalan ampuh untuk
mempertahankan kerukunan antar kelompok. Pertama, melalui jalur pendidikan,
baik di sekolah maupun universitas. Kedua, melalui jalur sosial budaya dengan
menciptakan keharmonisan berbangsa dan bernegara di level terendah, yakni
keluarga.
Agama
dilahhirkan untuk kedamaian bukan untuk kekerasan. -Gusdur-
0 Komentar:
Post a Comment