Sep 16, 2019

Moderasi Beragama Ala Sepakbola


Oleh :
Habibi, Heri, Ainul


Mengapa pertandingan sepakbola berakhir dengan anarkis? bahkan antar pendukung saling baku hantam dan melontarkan ujaran kebencian. Aksi pendukung Indonesia pada pertandingan timnas vs malaysia dalam laga perdana grup  Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, Kamis (9/5/2019) terbukti ricuh akibat saling lempar bom asap oleh pendukung Indonesia.

“Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan.” Ir.Soekarno


Dalam dunia sepak bola tidak sedikit masyarakat menetapkan dukungan pada salah satu tim dengan begitu fanatik. Akibat dari sifat kefanatikan yang berlebihan itu memunculkan permasalahan baru seperti pendukung dari pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahan secara dewasa tidak jarang menghadirkan berbagai masalah diluar dari kasus pelanggaran yang terjadi didalam lapangan sepak bola itu sendiri. Misalnya kasus kekerasan antara sesama pendukung yang berbeda kelompok yang bentrok usai pertandingan yang bahkan tidak sedikit menimbulkan korban. Contoh kasus yang bisa dilihat yakni kekalahan Timnas Vs Malaysia.

Indonesia memiliki kenangan buruk dengan Malaysia. Mimpi Indonesia merebut Piala AFF enam tahun lalu. Menurut hasil pemberitaan oleh Kompas. Com, Kekalahan Indonesia dari Malaysia merupakan kekalahan ketiga dalam delapan pertemuan terakhir. Sebelumnya, pada laga persahabatan 6 Juni 2008, kedua tim bermain imbang 1-1. Lalu, pada 1 Desember 2010, dalam ajang babak penyisihan grup Piala AFF 2010, Indonesia menang dengan skor 5-1. Pada ajang yang sama, dalam laga final leg pertama, Malaysia menang dengan skor 3-0. Lalu, pada leg kedua, Indonesia menang 2-1. Setelah itu, pada Desember 2012 kedua tim kembali bertemu pada ajang Piala AFF 2012. Indonesia kalah dengan skor 0-2. Kemudian, pada dua kali laga persahabatan, Indonesia menang dengan skor 2-0 pada Juni 2014 dan menang 3-0 pada September 2016.

Adapun kasus yang baru saja terjadi yakni kekalahan timnas vs malaysia dalam laga perdana grup  Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, Kamis(9/5/2019). Dimana, Skuat Garuda kalah dengan skor 2-3 dari Harimau Malaya. Pada menit ke 72 pertandingan ini sempat dihentikan sejenak karena kericuhan yang terjadi di tribun.

Sebelum pendukung timnas menyerang pendukung Malaysia ini terjadi pelemparan bom asap, botol, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga membuat pendukung Malaysia merasa tidak nyaman dan meninggalkan tribun karena suasana yang tidak kondusif. Definisi dari radikal berasal dari kata radix yang berarti mengakar. Jadi dapat dikatakan  orang-orang atau pendukung yang terlalu fanatik sama tim sepak bolanya dapat dikatakan sebagai kelompok radikal. Karena sesuatu yang sifatnya radikal pada akhirnya selalu berujung tindakan kriminal atau perang.

Dari  kasus diatas, memiliki kemungkinan untuk mengundang opini masyarakat Malaysia bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak lagi memiliki  nilai-nilai norma akibat dari sikap anarki dan juga telah melupakan identitasnya sebagai masyarakat yang ramah tamah menjadi masyarakat yang pemarah. Terlebih beberapa sikap tersebut ditujukan kepada negara tetangga atau serumpun yang juga memiliki penduduk muslim terbanyak.

Konsep moderasi beragama
Dalam permasalahan tersebut sudah seharusnya kita kembali kedalam sebuah kebenaran bagaimana cara berinteraksi yang baik dan bertingkah laku dengan baik  antara sesama manusia, khususnya sesama saudara. Islam sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi nilai perdamaian telah mengatur dan menjawab beberapa permasalahan yang terjadi khususnya hubungan antara sesama manusia itu sendiri. Kita harus kembali kedalam esensi kebenaran itu sendiri. Misalnya mengimplementasikan nilai-nilai moderasi islam dalam kehidupan sehari-hari termasuk keruang lingkup ranah olahraga  tadi.

Dengan menghargai orang lain, kita tidak kehilangan apa-apa. Dengan merendahkan orang lain kita justru kita akan kehilangan harga diri. –Gus Mus-


Moderasi beragama ada untuk kebersamaan ummat, sebuah sikap yang harus diterapkan yakni esensi ajaran islam itu sendiri. Dari segi karakteristiknya, Islam sebagai yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah ajaran Islam yang komprehensif (al-syumuliah), kritis, moderat, humanis, dinamis, toleran, kosmopolit, responsif,  progressif  dan rasional.

 Dari segi prinsipnya, Islam sebagai yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah Islam yang sesuai dengan fitrah manusia (muthabiqah li fithrah al-naas), keseimbangan (altawazun), sesuai dengan keadaan zaman dan tempat (shalihun li kulli zaman wa makan), tidak menyusahkan manusia (la tu’assir lin naas), sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (muthabaqah li tanmiyah al-ilm wa teknologiya), berbasis pada penelitian (muwafiq ala al-hashil al-tabayyun), berorientasi pada masa depan dengan tidak melupakan masa lalu (muwajjih ala al-waqt al-atiyah), kesederajatan (al-musawah), keadilan (al’adl), musyawarah (al-syuura), persaudaraan (al-ukhuwah), dan keterbukaan (al-iftatihat).

Menjaga Persaudaraan sesama Muslim
Allah ta’ala telah berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 10:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang Mukmin bersaudara, karena itu lakukanlah ishlah di antara kedua saudaramu.” (QS Al-Hujurat: 10).

Kata ishlah atau shalah yang banyak sekali berulang dalam Al-Qur’an, pada umumnya tidak dikaitkan dengan sikap kejiwaan, melainkan justru digunakan dalam kaitannya dengan perbuatan nyata. Kata ishlah hendaknya tidak hanya dipahami dalam arti mendamaikan antara dua orang (atau lebih) yang berselisih, melainkan harus dipahami
sesuai makna semantiknya dengan memperhatikan penggunaan Al-Qur’an terhadapnya.

Puluhan ayat berbicara tentang kewajiban melakukan shalah dan ishlah. Dalam kamus-kamus bahasa Arab, kata shalah diartikan sebagai antonim dari kata fasad (kerusakan), yang juga dapat diartikan sebagai yang bermanfaat. Sedangkan kata ishlah digunakan oleh Al-Qur’an dalam dua bentuk: Pertama ishlah yang selalu membutuhkan objek; dan kedua adalah shalah yang digunakan sebagai bentuk kata sifat.

Sehingga, shalah dapat diartikan terhimpunnya sejumlah nilai tertentu pada sesuatu agar bermanfaat dan berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan kehadirannya. Apabila pada sesuatu ada satu nilai yang tidak menyertainya hingga tujuan yang dimaksudkan tidak tercapai, maka manusia dituntut untuk menghadirkan nilai tersebut, dan hal yang dilakukannya itu dinamai ishlah. Jika kita menunjuk hadis, salah satu hadis yang populer di dalam bidang ukhuwah adalah sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Umar:

“Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia tidak menganiaya, tidak pula menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan dan seorang Muslim suatu kesulitan, Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan pula dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kemudian.”

Dari riwayat At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, larangan di atas dilengkapi dengan, Dia tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, dan tidak pula meninggalkannya tanpa pertolongan. Demikian terlihat, betapa ukhuwah Islamiyah mengantarkan manusia mencapai hasil-hasil konkret dalam kehidupannya. Untuk memantapkan ukhuwah Islamiyah, yang dibutuhkan bukan sekadar penjelasan segi-segi persamaan pandangan agama, atau sekadar toleransi mengenai perbedaan pandangan, melainkan yang lebih penting lagi adalah langkah-langkah bersama yang dilaksanakan oleh umat, sehingga seluruh umat merasakan nikmatnya.

Dengan ini, setiap pihak baik pemerintah, institusi, ataupun pemerhati sepakbola harus memaksimalkan peran dan fungsi dari setiap pihak. Misalnya dengan menciptakan sensitivitas moderasi beragama sebagai jalan ampuh untuk mempertahankan kerukunan antar kelompok. Pertama, melalui jalur pendidikan, baik di sekolah maupun universitas. Kedua, melalui jalur sosial budaya dengan menciptakan keharmonisan berbangsa dan bernegara di level terendah, yakni keluarga.

Agama dilahhirkan untuk kedamaian bukan untuk kekerasan. -Gusdur-


0 Komentar:

Post a Comment